The Story: LIFT13
Malam telah menunjukkan pukul 00.00, saat Herry baru saja keluar dari kamar pasien tempat temannya di rawat, di sebuah Rumah Sakit terbesar di kota ini, keasyikan mengobrol dengan temannya membuat dirinya tidak sadar akan waktu besuk yang telah habis sebelum di ingatkan kembali oleh perawat jaga yang bertugas.
Menyusuri lorong – lorong rumah sakit yang di bangun semenjak jaman kolonial yang sepi dan tidak ada orang beraktifitas di tengah malam ini membuat dirinya teringat akan kisah – kisah horror tentang rumah sakit ini, tentang penampakan kuntilanak, dan tentang sebuah Lift bernomor 13 yang memiliki misteri di dalamnya.
***
“Saat dalam lift itu, kau akan merasa seseorang yang berdiri di belakangmu, padahal kau merasa seorang diri disana, dia tampak pada dinding Lift yang terbuat dari cermin, berpakaian putih – putih dan berambut panjang, matanya tajam menatap diriku” jelas temannya beberapa waktu lalu.
“Aku merasa ada rasa dingin di tengkuk, dan terasa sebuah tangan menyentuh pundakku” kata temannya yang lain lagi.
***
Kemudian sampailah Herry di tempat Lift pengunjung terletak di ujung lorong, hatinya sedikit berdebar membaca pengumuman yang terpampang di dekat pintu Lift berada.
“Mohon maaf,
Lift nomor 1 – 12 sedang dalam perbaikan
Silahkan menggunakan Lift No 13”
“Akhirnya harus menggunakan lift hantu juga” batinnya.
Dengan sedikit rasa takut, di tekannya tombol turun pada Lift tersebut, pintu Lift pun perlahan terbuka, tidak ada seorangpun di dalamnya, di tekannya rasa ragu di dalam hati dan kemudian masuk kedalam Lift nomor 13 itu, pintu lift pun tertutup saat dia telah berada di dalam.
Menit demi menit waktu berjalan, rasa takut mulai menjalari hatinya, lift belum bergerak semenjak dia masuk ke dalamnya, dengan bergetar dia memegang handphone di tangannya, bermaksud menelefon teman untuk meminta pertolongan.
Tiba – tiba lift bergerak ke atas, menuju lantai 13, keringat dingin mulai keluar dari tengkuknya, betisnya terasa tidak sanggup menahan berat tubuhnya, dan pintu lift pun terbuka saat sudah mencapai lantai 13, di depan pintu lift, berdirilah kuntilanak denga tampang yang menyeramkan.
“Tool……” suara Herry tercekat di kerongkongan.
“Tolong,,,?” Tanya sang kuntilanak.
Herrypun menggangguk, mengiyakan.
“Sebenarnya aku lagi libur dari tugas malam ini” kata sang Kuntilanak.
“Namun karena ada orang bego, terpaksa lembur deh, Ente kalo mau turun ke lantai dasar, jangan lupa donk, tekan tombol angka di samping pintu Lift.” Jelas kuntilanak.
“Gubrak,,,” Herrypun pingsan karena menyadari kekeliruannya