Minggu, 21 Juni jam 7 Pagi lewat 7 Menit, Putra Sang Fajar, Soekarno mengucapkan kata-kata: "allah....." dan menghembuskan nafas terakhir. Sontak, Putrinya, Megawati menangis. Beliau meninggal setelah melawati perawatan yang tak maksimal dari penguasa baru. Dokter yang merawat seorang Bapak Revolusi, Penyambung Lidah Rakyat, dan Sang Proklamator ini adalah Dokter Mahar Mardjono. Tapi, mengapa saat Bung Karno meminta mesin cuci darah, tak dianggap oleh Penguasa Baru? Dan, parahnya lagi, ketika Bung Karno dalam kondisi sakit, beliau masih diinterogasi. Bung Karno menderita penyakit utama Soekarno hingga dia menutup mata adalah hipertensi atau darah tinggi yang dipengaruhi ginjalnya yang sudah tidak berfungsi maksimal. Permintaan Bung Karno untuk di makamkan di Istana Batu Tulis Bogor, tampaknya tak dianggap oleh Orde Baru. Bung Karno pun dimakamkan di Blitar. Bukan Taman Makam Pahlawan, hanyalah makam biasa. "Saya ingin sekali beristirahat di bawah pohon yang rindang, dikelilingi pemandangan yang indah, di sebelah sungai dengan air yang bening. Saya ingin berbaring di antara perbukitan dan ketenangan. Hanya keindahan dari negara yang saya cintai dan kesederhanaan sebagaimana saya hadir. Saya berharap rumah terakhir saya dingin, pegunungan, daerah Priangan yang subur di mana saya bertemu pertama kali dengan petani Marhaen," kata Bung Karno. Namun, Soeharto menolak dengan memutuskan Blitar sebagai tempat peristirahatan akhir Bung Karno Soeharto beralasan keinginan keluarga Bung Karno perihal lokasi pemakaman berbeda-beda. "Andaikata kita serahkan kepada keluarga besar yang ditinggalkannya, maka saya melihatnya bakal repot," ujar Soeharto dalam "Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya' (Dwipayana dan Ramadhan, 1989).
Jumat, 21 Juni 2013
43 Tahun: Sang Proklamator Berpulang
Minggu, 21 Juni jam 7 Pagi lewat 7 Menit, Putra Sang Fajar, Soekarno mengucapkan kata-kata: "allah....." dan menghembuskan nafas terakhir. Sontak, Putrinya, Megawati menangis. Beliau meninggal setelah melawati perawatan yang tak maksimal dari penguasa baru. Dokter yang merawat seorang Bapak Revolusi, Penyambung Lidah Rakyat, dan Sang Proklamator ini adalah Dokter Mahar Mardjono. Tapi, mengapa saat Bung Karno meminta mesin cuci darah, tak dianggap oleh Penguasa Baru? Dan, parahnya lagi, ketika Bung Karno dalam kondisi sakit, beliau masih diinterogasi. Bung Karno menderita penyakit utama Soekarno hingga dia menutup mata adalah hipertensi atau darah tinggi yang dipengaruhi ginjalnya yang sudah tidak berfungsi maksimal. Permintaan Bung Karno untuk di makamkan di Istana Batu Tulis Bogor, tampaknya tak dianggap oleh Orde Baru. Bung Karno pun dimakamkan di Blitar. Bukan Taman Makam Pahlawan, hanyalah makam biasa. "Saya ingin sekali beristirahat di bawah pohon yang rindang, dikelilingi pemandangan yang indah, di sebelah sungai dengan air yang bening. Saya ingin berbaring di antara perbukitan dan ketenangan. Hanya keindahan dari negara yang saya cintai dan kesederhanaan sebagaimana saya hadir. Saya berharap rumah terakhir saya dingin, pegunungan, daerah Priangan yang subur di mana saya bertemu pertama kali dengan petani Marhaen," kata Bung Karno. Namun, Soeharto menolak dengan memutuskan Blitar sebagai tempat peristirahatan akhir Bung Karno Soeharto beralasan keinginan keluarga Bung Karno perihal lokasi pemakaman berbeda-beda. "Andaikata kita serahkan kepada keluarga besar yang ditinggalkannya, maka saya melihatnya bakal repot," ujar Soeharto dalam "Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya' (Dwipayana dan Ramadhan, 1989).
0 komentar:
Posting Komentar